Puasa Ramadhan dan Sistem Penanganan Kasus COVID 19 di Taiwan - Wendy Cahya

Minggu, 25 April 2021

Puasa Ramadhan dan Sistem Penanganan Kasus COVID 19 di Taiwan

Puasa Ramadhan dan Sistem Penanganan Kasus COVID 19 di Taiwan  - Halo sahabat Wendy Cahya, saya suka sekali mengawali menulis blog dengan sebuah sapaan. Saya juga tidak begitu berharap blog saya viral. Namun yang jelas saya sangat berharap siapa yang menyempatkan meluangkan waktu kemari kalian mendapatkan banyak pelajaran dan hikmah dari perjalanan yang saya coba jabarkan disini. Kalau dibilang amatir ya gak juga, saya sudah mulai mengenal blog semenjak SMP. Tapi ya seperti itulah godaan orang yang tidak fokus dengan satu hobby. Jadi plan untuk menulis itu hanya menggumpal dipikiran saja. Blog ini yang mengajari saya bahwa menulis itu gak harus pake kata baku kok. Saya tetap mencoba untuk memaparkan perjalanan ini dengan bahasa yang mudah diterima siapapun pembacanya. Bdw, kalau yang belum tahu, saya mau kasih tahu kalau saya sekarang sedang menempuh study master saya di National Taipei University of Technology, Taiwan. Kampus ini sih katanya bagus di Taiwan untuk bidang keteknikannya. Okey, mungkin itu pembuka ceritanya biar kalian semua sambung dengan latar belakang cerita kali ini.

Kali ini saya ingin mengawali dengan cerita soal puasa ramadhan. Sebenarnya betapa pentingnya sih Bulan Ramadhan bagi kalian? Bagi temen yang beragama muslim pasti merasa bahwa ini merupakan bulan spesial. Masalah pemaknaan spesial itu saya kembalikan ke kalian masing-masing bagaimana cara memaknainya. Kali ini saya akan menceritakan betapa spesialnya Bulan Suci Ramadhan yang saya jalani ketika saya masih kecil sampai sekarang. Sejak kecil kehidupan saya tidak jauh dari Pondok Pesantren. Meskipun saya bukan orang yang jago dalam bidang agama, tapi saya merasa nyaman untuk tinggal di lingkungan kaum sarungan istilahnya. Kegiatan yang ingin saya ceritakan namanya Santri Kilat yangmana mengaji satu kitab dalam 20 hari awal puasa.  Saya masih belum paham kenapa 20 hari pertama, kenapa tidak satu bulan penuh. Namun secara pribadi saya simpulkan mungkin 20 pertama ini kita diberi ilmunya untuk merefleksi diri mengenai kemulyaan Bulan Ramadhan. Dan 10 berikutnya yang dipercaya turunya Lailatul Qodr adalah momen yang tepat untuk intropeksi diri sendiri berdasarkan ilmu yang sudah didapat.

Saya merasa momen Ramadhan kemarin adalah momen ketika inovasi dari Pondok Pesantren ini dimulai. Pondok Pesantren Daruttaibin merupakan tempat saya menimba ilmu agama islam, saya sudah menceritakan hal ini di artikel Selamat Hari Santri Nasional kemarin. Ramadhan tahun 2019 saya masih di Jepang. Saya mengikuti program student SPACE-E selama satu tahun. Dan Ramadhan tahun 2020 adalah tahun yang dilalui dengan perubahan sistem pada setiap lini, kita semua mengenal virus yang namanya COVID 19. Jadi virus tersebut katanya sangat berbahaya dan sampai merenggut banyak orang diseluruh dunia. Saya sempat berdiskusi dengan abah saya di pesantren terkait seperti apa virus yang dimaksud itu dan bagaimana sikap yang harus kita ambil agar virus tersebut dapat segera diatasi bersama. Akhirnya Pondok Pesantren kami ikut melaksanakan kegiatan mengaji online. Dengan peralatan apa adanya kegaitan tersebut dapat dilaksanakan dengan baik. Disiarkan melalui dua platform besar yang pasti tidak asing lagi yaitu Facebook dan Youtube.

Pada tahun 2021, saya merasa bersyukur dapat menyimak kegiatan rutin tersebut meski jauh dari rumah. Saya mencari kita yang dipakai mengaji tersebut dan Alhamdulillah ketemu. Mungkin bagi teman-teman yang ingin mengaji bisa saya sertakan link berikut. Ini merupakan kita gundul yang saya sendiri masih belum bisa membaca dengan baik ketika sendiri. Jadi saya masih butuh guru dalam belajar kitab ini. Bermodalkan ipad saya dapat mengikuti pengajian dengan baik. Pada awal siaran di hari pertama masih terdapat gangguan sinyal yang membuat saya kehilangan jejak saat menyimak. Namun di hari berikutnya saya mulai bisa menerima dengan baik karena siarannya sudah mulai bagus. Semoga ke depan pemanfaatan teknologi seperti ini dapat menembus ruang-ruang pesantren. Sehingga kita semua bisa menjaga manfaat teknologi dalam penerapan yang positif.

pondok pesantren daruttaibin
Mengaji Online Kitab Buhjatul Wasail

Maaf nih sobat, panjang juga ya awalannya ceritanya. Padahal ada bagian inti yang ingin saya ceritakan kenapa saya mulai menulis blog ini. Jadi saya ingin menangkap pelajaran dari cara pemerintah Taiwan berkoordinasi untuk mengatasi kasus COVID19. Mau gak mau kita harus mengakui Taiwan merupakan salah satu negara yang berhasil mengendalikan virus ini agar tidak menyebar. Karena sampai saat ini masih ditemukan kasus sekitar seribu. Berawal dari postingan dari Taiwan news yang menyatakan bahwa seorang pilot dan kasus 1090 corona di Taiwan telah menghadiri sholat jumat pada tanggal 16 April 2021. Karena saya dan teman-teman juga rutin beribadah jumat disana. Akhirnya pada tanggal 23 April 2021, ada broadcast untung mengonfirmasi siapa saja yang datang ke sana. Terdapat 10 mahasiswa Indonesia yang hadir disana. Dan dengan segera koordinasi dilakukan dihari itu juga. Saya masih sedang kerja proyek di Lab B06. Jadi saya masih bisa bekerja sampai sekitar maghrib. Setelah menunggu koordinasi dengan pihak kampus dan internasional office. Pada malam itu juga, kami semua diarahkan untuk pindah ruangan dan kami harus pindah ke ruangan khusus karantina. Sayangnya saya tidak sempat memfoto ruangan tersebut karena pikiran sudah capek dan ingin tidur.

Ruangan itu hanya tempat sementara sebelum pihak kampus memberikan keputusan. Pada tanggal 24 April 2021 pagi hari, pihak OIA langsung menghubungi saya untuk memberikan arahan untuk laporan setiap hari jam 10 A.M tentang kondisi kesehatan. Alhamdulillah saya tidak merasakan gejala virus tersebut. Dan pada jam 8 P.M,  kita semua diberi arahan untuk dipindahkan ke hotel. Hal ini yang bikin betapa seriusnya antisipasi mereka terhadap virus yang namanya corona ini. Antara salut dan merasa ribet banget campur aduk dalam pikiran. Tapi satu yang saya percayai, semua proses ini dilakukan untuk kemaslahatan bersama. Saya tidak dapat berangkat ke sekolah sekitar 7 hari sampai hasil tes PCR benar-benar menyatakan saya negatif. Kesigapan ini ternyata butuh koordinasi yang terintegrasi penuh antara semua lini. Dan mereka paham bagaimana memperlakukan kita agar tidak terjadi kondisi yang lebih parah ke depan. Posisi saya sebenarnya masih suspect, tetapi antisipasi mereka sangat detail.

Beberapa dokumentasi yang sempat saya tangkap ketika saya menuju hotel. Dan ruangan karantina saya akan saya ceritakan disini. Saya merasa heran dengan kesigapan mereka terhadap penanganan virus ini. Koordinasi dan kesigapan segala lini adalah kunci. Dan mereka tidak panik dengan hal itu. Mereka saling support satu dengan lain menangani virus ini. 

Transportasi dari Dormitory ke Hotel
Cek suhu sebelum masuk

Passport sebagai Identitas kita

Sudut Ruang Hotel (1)

Sudut Ruang Hotel (2)

Sudut Ruang Hotel (3)

Sudut Ruang Hotel (3)

Berasa room tour hotel jadinya. Saya merasa kaget kenapa double bed yang dipesan, padahal karantina itu mandiri. Jadi sedikit galau kan akhirnya dengan kondisi seperti ini? hehehe. Setelah merasakan keribetan seperti ini, andai semua hal ini diterapkan di Indonesia seperti apa ya. Apakah kita siap dengan perlakuan seperti ini? Biaya yang dikeluarkan. Karena treatment yang saya terima ini gratis kecuali makan harian ditanggung sendiri. Nah, perhitungan pemerintah juga banyak. Apakah karena saya disini sebagai mahasiswa internasional makanya perlakuannya khusus? Hal itu yang masih jadi pertanyaan saya da belum sempat mencari jawaban. Karena segmen kita mungkin beda jadi sebisa mungkin mengambil pelajaran dari hal tessebut. Saya rasa kita masih bisa maju bersama menghadapi virus ini tapi setidaknya kita masih bisa belajar sikap tanggap dan saling koordinasi antarlini tersebut. Dan pastinya saya harap menanamkan sifat, sikap, dan perilaku jujur karena covid bukan aib, Hal ini sangat penting saling bekerjasama sehingga kita semua dapat saling terbuka dalam memberantas virus ini. Sampai hari saya belum tahu kapan jadwal tes PCR saya diumumkan. Mohon doanya kepada semuanya agar diberikan kelancaran dalam menjalani tes PCR tersebut. Dan semoga kita semua diberikan kesehatan dan rizki yang barokah agar dapat bahagia dunia akhirat. Amiin. Buat kalian yang sudah membaca penutup ini saya sangat ucapkan beribu terima kasih karena waktu kalian sudah lumayan tersita sekian menit. Semoga kita semua dapat belajar dari hal yang seperti ini. Sampai jumpa di cerita berikutnya. Terima kasih :)

Posting Komentar