Memegang Amanah dan Cara Terbaik untuk Berbenah (versi SD SMP SMA) - Wendy Cahya

Senin, 04 April 2022

Memegang Amanah dan Cara Terbaik untuk Berbenah (versi SD SMP SMA)

Hi sobat Wendy Cahya,
Seperti biasa saya ingin bercerita sebuah perjalanan yang mungkin bisa dijadikan pelajaran kita bersama. Kali ini tiba-tiba ingin mengabadikan cerita hidup dalam sebuah organisasi. Bisa dibilang sejak kecil, saya salah satu orang yang takut sekali ketika jadi center of attraction. Ketika diminta perform di depan panggung selalu menghindar karena berdebar-debar serasa jantung mau copot. Sebuah hal yang perlu dipaksaan untuk berkumpul dengan banyak orang dan memberanikan diri untuk mengutarakan pendapat. Seperti halnya sejak kecil orang tua selalu meminta untuk berani mengikuti lomba ada saat Agustus seperti lomba cepat makan kerupuk, adzan, balap karung, dll. Mungkin salah satu strategi orang tua mendaftarkan ke club sepakbola, bulu tangkis, dan bahkan pencak silat adalah teknik agar pede dilihat orang. Dikarenakan pada saat bertanding mau gak mau harus menunjukkan keberanian dan semangat untuk menjadi juara. Jujur aja yang saya takutkan adalah sebuah kegagalan dan tidak ingin mengecewakan harapan dari orang yang udah saya sayangi.

Mungkin orang tuaku sejak dini menyadari bahwa satu-satunya anak lelakinya adalah sosok pemalu dan introvert yang malas berkumpul dengan orang banyak. Merasa masa bodoh dengan lingkungan dan merasa asik bermain video game seharian. Sejak kecil mungkin waktuku habis bersama Super mario.  Bangun jam 5 pagi sampai jam 5 sore pun betah untuk main game. Pada saat Taman Kanak-kanak sudah bisa menyelesaikan tantangan seluruh level dari Supermario. Hal ini karena memperhatikan orang dewasa main dan dikasih tahu cara cepat untuk menyelesaikan tantangan dalam hitungan jam. Kalau dipikir sebegitu istiqomahnya untuk berlatih dalam menyelesaikan game saja. Apakah orang tua marah? mungkin itu yang ada dipikiran kalian. Jawabannya pasti marah. Seringkali terjadi drama dengan alasan kesehatan mata. Oh iya dulu sering kali ada penyakit aneh. Karena main game tegang jadi kaki sampai dingin sampai sakit perut dan orang tua selalu memberi batasan untuk berhenti dalam hitungan jam. Bahkan drama sempat terjadi ketka orang tua menyembunyikan controller video game dan hanya diperbolehkan main weekend aja. Karena gak mau nunggu weekend, akhirnya saya mengumpulkan uang jajan harian untuk beli controller sendiri dan dimainkan saat ortu lagi keluar. Betapa kocaknya masa kecil kalau diingat-ingat tak ada habisnya. Mungkin dari situ terlihat kalau udah punya keinginan, dengan berbagai strategi tetap diperjuangkan. WAH,, MAAF MAAF jauh kali bridgingnya ya guys. Back to topic mengenai apa sih yang didapat dari organisasi.

Okelah kita coba mulai dengan kata Amanah? mungkin itu salah satu kata yang sering dikatakan politisi ketika mendapat jabatan tertentu. Jadi sebenarnya amanah itu apa sih. Kalau ingin tahu jelasnya bisa tanya ke google aja ya guys. Kali ini kita obrolin cerita yang ringan-ringan aja dan menemukan definisi kata amanah itu dari perjalanan berorganisasi. Bisa dibilang sejak dilahirkan, kita sudah hidup dalam organisasi. Keluarga adalah gambaranku memposisikan sebuah organisasi paling sederhana. Ada ayah yang pastinya sebagai kepala keluaga dan ibu yang mungkin bisa sebagai sekertaris dan bendahara. Ada kakak dan adik yang mungkin sebagai ketua bidang tertentu. Karena tugas di rumah biasanya selalu dibagi berdasarkan porsi masing-masing. Dan orang tua ikut mengevaluasi apabila pekerjaan kita kurang sesuai dengan harapan mereka. Mungkin itu contoh kecil sebuah amanah. Biar keren aja sih judul postingan kali ini memegang amanah agar kita mau berbenah.

Bisa dibilang organisasi pertama yang saya ikuti pada saat Sekolah Dasar. Belajar menjadi anak Pramuka yang selalu merasa muda dengan kakak-kakak terbaik. Pramuka adalah modal terbaik untuk kita mengenal orang banyak dari berbagai sekolah dasar lain. Saya masih ingat ada momen lucu saat pramuka. Meskipun saya aktiv sekali mengikuti pramuka tapi sama sekali gak mau ikut perkemahan. Karena saya sangat takut waktu SD ketika jauh dari rumah. Dan orang tua juga tipe yang khawatir tidak memaksa ketika saya gak mau ikut. Karena saya manja kali waktu SD, jadi sering kena komen netijen. Tapi saya selalu ikut tampil perform dan perlombaan. Satu hal yang gak mau yaitu tidur di tenda. Padahal sejak kecil tidur di pondok pesantren depan masjid dengan karpet besar. Tapi ketika tidur di lapangan sama sekali gak mau. Pada saat kelas 5 SD setelah memberanikan diri jadi lelaki sesungguhnya (bisa diterka sendiri gak usah terlalu dijabarkan yee guys). Gue rasa environment memaksa saya untuk jadi hidup mandiri. Adik perempuanku lahir. Yang dulunya anak mama banget kali ini dipaksa untuk hidup mandiri. Yang tadinya takut sendiri ketika jalan di tempat gelap, sekarang harus mengalahkan rasa deg degan agar tetap jalan maju. Terlebih saat kelas 6 SD, saya ingin jadi orang yang kuat dan bisa melindungi diri, keluarga, dan orang tersayang ceritanya. Sebenarnya sih ikut2 temen aja yang mulai ikut pencak silat. Hidup di kampung membuat keahlian bela diri jadi salah satu bahan pokok yang membuat kita bisa tampil lebih pede. Berbagai latihan dilakukan sampai jam 12 malam mengambil sabuk di pemakaman sudah dilalui. Mental penakut menjadi salah satu hal yang harus ditaklukkan pada saat Sekolah Dasar. Mungkin itu organisasi yang diingat selain kehidupan di pesantren.

Lanjut kita coba review organisasi waktu SMP. Masa SMP adalah masa paling diingat ketika fungsi organisasi berubah. Bukan sekedar mengembangkan diri namun jadi salah satu cara untuk mendapatkan kenalan baru makna kenalan baru ini lawan jenis ya guys. Ini cerita jujur jadi gak perlu sok bijak. But sure perasaan itu mulai muncul sebagai salah satu motivasi join organisai. Namanya manusia wajar jika masa SMP mulai ada ketertarikan dengan lawan jenis. Selain anak Pramuka, saya juga salah satu anggota pengurus OSIS. Dari organisasi ini masih belum begitu paham amanah itu apa sih. Organisasi buat seneng-seneng aja karena gak paham soal visi misi dan peran kita apa. Yang penting kita punya temen banyak dan bisa dikenal guru aja sih. Oh iya, dari dulu gue tipe orang yang masih memberatkan urusan kelas dari pada organisasi. Target nama 10 besar masih bisa diraih lah paling gak. Bisa dibilang saya dulu masuk kelas unggulan. Jadi kompetisi ketat sekali di kelas. Secara paralel nama saya masih terpampang 30 siswa terbaik yangmana dapat kesempatan untuk kelas tambahan dan dikenalkan pertama kali menggunakan komputer. Dan dulu sempet ikut pelatihan olimpiade Matematika dan Bahasa Inggris. Namun pada akhirnya dipilih mewakili Bahasa Inggris karena Matematika sudah banyak kandidat untuk mewakili sekolah. Jejak SMP sangat menarik dan tak pernah terlupakan ketika saya mengenal istilah cinta monyet yang sangat berpengaruh dalam bumbu-bumbu romansa. haha. Weeiittt, tutup disini dulu masalah asmaranya. Yokk, lanjut ke cerita SMA aja.

Nah, kali ini cerita soal organisasi waktu SMA. Setelah merasa SMP capek dengan aktivitas diluar sekolah. Akhirnya SMA memutuskan untuk tidak terikat dengan organiasi manapun. OSIS or Pramuka sudah hal yang dirasa tidak menarik bagi saya pribadi. Dan itu adalah hal yang sangat saya sayangkan sampai saat ini. SMA kisahku hanya sebatas teman sekelas dan cerita dengan guru-guru. Waktu SMA pun saya masih ada drama dengan olimpiade. Saya suka sekali dengan pelajaran Matematika dan Fisika. Tapi waktu olimpiade dimasukkan di Astronomi dengan alasan Matematika, Fisika, dan Kimia saya termasuk rata-rata bagus. Jadi untuk adapatasi dengan pelajaran baru itu lebih mudah. Anjirr kali alasannya gak masuk akal. Jujur dulu sempet putus harapan hingga akhirnya memutuskan untuk tidak gabung di club tersebut karena saya tidak tertarik dengan dunia astronot terlebih pengetahuan soal luar angkasa bukan prioritas saat itu. Andai dulu udah kenal Elon Musk dan ikuti jejak SPACE X mungkin motivasi belajar lebihada kali ya. Sangat bodoh kali cara berpikirku saat itu. Mungkin karena percaya kalau gak suka ya ditinggalkan. Waktu SMA sampai sekarang idola gue tetep STEVE JOBS. Pendiri Apple company yang selalu jadi market tersendiri. Sejak SMA gue mengenal iphone 4S. Setelah era Blackberry bold, siapa yang pegang iPhone berasa pede minta ampun. Padahal dulu saya pake hp yang dikasih kakak keponakan. Wahh wahhh, melebar yaa bunddd. Gini gini.. saya cerita seberapa pengaruhnya sosok Steve Jobs dalam hidup saya. Dari beliau saya selalu belajar bagaimana tetap pede untuk menjadi berbeda. Dan hidup dalam kata LESS is MORE. Karena masa SMA saya kurang menarik karena belajar dan belajar. Prestasi? mungkin ditutup menjadi ranking 5 paralel dan gagal masuk kuliah. Hingga akhirnya nyoba lagi tahun depan. Itu prestasi dan sekaligus momen paling berat yang harus saya terima apa adanya.

SMA dan kegagalan menjadi hantaman maut saat itu. Kirain belajar terus membuat saya jadi orang yang membanggakan. Ternyata hasilnya gak masih belum maksimal dan saat itu saya ada relasi sama sekali terkait organisasi. Saya kembali menjadi sosok introvert parah yang malu untuk ketemu siapapun. Motivasiku mulai bangkit ketika saya memutuskan untuk meningkatkan skill bahasa di Kampung Inggris Pare. Saya bertemu sosok-sosok hebat yang membuat kembali bangkit dari keterpurukan. Pertama ada Bang Lira (saat ini menjadi dosen di Riau), ada Dewi Novitasari(yang dulu sempet main di Preman Pensiun), ada Sarah (Teman Dewi), dan ada kakak yang ketemu dua Minggu namanya mbak Tyas. Mbak satu ini adalah cewek dari ISI yang sangat membuka pikiran cara pandang sosial dan bagaimana etika menghargai orang lain. Dari beliau saya belajar pertama kali bagaimana penganut ajaran Budha sangat menjaga hubungan dengan sesama. Dari situ saya belajar toleransi beragama itu indah sekali. KIta memiliki ruang kebaikan yang sama. Masalah ritual mungkin kita bisa pakai kamar kita masing-masing. Saat itu baru saja lulus SMA, mereka yang lebih senior sering membagi cerita bagaimana kehidupan perkuliahan dan skill apa yang harus dimiliki waktu kuliah. Bisa dikatakan itu turning point saya, dari situ saya coba bangkit dan atur plan baru dan menulis semua mimpi-mimpi saya bahkan bisa kuliah di luar negeri salah satu hal yang ada di tulisan tersebut.

Kalau ditulis ulang gini berasa cerita kemarin itu banyak kali. Padahal intinya ingin cerita organisasi saat ini. Tapi cerita waktu SMA saja belum selesai. Meski organisasi yang saya ikuti kala itu belum terlalu dibebani dengan amanah yang tinggi. Namun organisasi pada masa SD SMP SMA lebih mengembangkan karakter diri seperti jujur, kedisiplinan, bertanggung jawab, dan menghargai pendapat orang lain. Bicara soal turning point dan banyak hal menarik pada saat organisasi di tingkat Universitas. Sepertinya cukup disini dulu ya untuk kisah organisasi masa kecil. Bisa kita lanjut part duanya mengenai dunia perkuliahan. :)

Sedikit dokumentasi yang mengingatkan masa putih biru dan putih abu-abu


SMP Negeri 1 Campurdarat
HOCA9E (High Opus of Class 9E)

SMA Negeri 1 Kauman
Famous Sconetion (Family of United Student Science One Generation)

Posting Komentar